Kamis, 16 Mei 2013

Kemiskinan


Bab 1
Kemiskinan


A.Beragam ukuran kemiskinan
           
            Di indonesia, istilah keluarga sejahtera baru dirumuskan oleh pemerintah sejak dikeluarkannya UU No. 10 Tahun 1992tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera. Konsep yang ada sebelumnya adalah kemiskinan yang di kembangakan oleh beberapa pakar. Sayogyo (1999) adalah seorang yang mengukur tingkat kemiskinan keluarga dengan menggunakan kriteria batas garis kemiskinan berdasarkan satuan kilogram beras ekuivalen. Keluarga miskin adalah keluarga yang mempunyai penghasilan setara dengan  240 – 320 kg beras per tahun untuk daerah pedesaan dan 360 – 480 kg beras per tahun untuk daerah perkotaan. Menurut  Hendarto Esmara (1986), garis kemiskinan diukur berdasarkan pada jumlah pengeluaran konsumsi untuk memenuhi kebutuhan pokok per kapita selama setahun. Kebutuhan pokok adalah kebutuhan akan barang – barang seperti beras, sayur, daging, perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Kebutuhan pokok disini dapat berubah – ubah. Perubahan pengeluaran per kapita atas barang kebutuhan pokok mencerminkan perubahan tingkat harga dan pola konsumsi keluarga. Indikator ini mampu menyeleseikan perubahan sikap dan persepsi masyarakat terhadap kebutuhan pokok (Sumodiningrat et al. 1999). Dapat dikatakan pula bahwa ukuran kemiskinan mampu menangkap dampak inflasi maupun dampak  penghasilan riil yang meningkat terhadapkuantitas barang – barang esensial yang di konsimsi (Kuncoro 1997).

            Garis kemiskinan yang digunakan Bank Dunia adalah pengeluaran berdasarkan data – data susenas. Untuk mengatasi perbedaan harga antardaerah, pengeluaran konsumsi harus disesuaikan dengan harga barang yang berlaku di jakarta (Sumodiningrat et al. 1999). Kedua konsep tersebut tetap mengacu kepada pemikiran yang sama, yaituUUD  1945 pasal 34 ayat 1. perbedaan mendasar antara definisi tidak sejahtera (pra-KS dan KS-1) dengan definisi miskin adalah pada pendekatan analisisnya. Secara umum, kedua  definisi tersebut menunjuk pada kondisi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seseorang atau rumah tangga miskin. Namun, definisi miskin menggunakan pendekatan ekonomi menunjuk pada kemampuan keluarga yang memenuhi kebutuhan hidup berdasarkan sumber daya yang dimiliki. Dengan begitu, ukuran yang digunakan adalah penghasilan atau pengeluaran seseorang/rumah tangga.

            Menurut Rusli et al.dalam Sumarti 1999, garis kemiskinan menunjukan tingkat kecukupan kebutuhan fisik minimum pangan rumah tangga sebanyak 2.100 kalori per orang perhari dan kebutuhan fisik minimum bukan pangan dengan pengeluaran sebesar Rp 13.295 per kapita per bulan untuk daerah pedesaan.

            Kemiskinan merupakan fenomena sosial, tidakhanya di negara – negara berkembang tetapi juga di negara – negara maju. Fenomena ini telah,m menjadi perhatian global pada konferensi tingkat tinggi dunia. Fenomena tersebut berhasil menggelar deklarasi dan program aksi untuk pembangunan sosial di Copenhage tahun 1995. Secara umum, kemiskinan didefinisikan sebagai ketidak mampuan orang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, soaial, dan standart kebutuhan yang lain(Hebert 2001). Misalnya, jutaan anak – anak tidak bisa mengenyam pendidikan, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan, tidak ada investasi,kurangnya akses kepelayanan publik, dan kurangnya lapangan pekerjaan merupakan beberapa contoh dari ketidak mampuan orang.

B. Angka Kemiskinan Lintas Tahun

            Upaya pemberdayaan keluarga yang tergolong powerless menjadi powerfull harus memperhatikan faktor pekerjaan, pendapatan, konsumsi pangan, kepemilikan aset, kepemilikan tabungan, kredit/pinjaman uang atau barang pada lembaga  financial, dan bantual langsung tunai (BLT). Hal tersebut merupakan sumber daya utama dalam meningkatkan kesejahteraan. Pemanfaatan sumber daya dapat mengangkat keluarga yang semula miskin menjadi keluarga yang tidak miskin.
            Adapun penyebab kemiskinan dapat di kelompokan atas dua kategori, yaitu:
1)     Faktor alamiah seperti kondisi lingkungan yang miskin, ilmu pengetahuan yang tidak memadai, serta adanya bencana alam.
2)     Faktor nonalamiah seperti akibat kesalahan kebijakan ekonomi, korupsi, kondisi politik yang tidak stabil,dan kesalahan pengelolaan sumber daya alam (Lubis 2006).

Tabel 1 jumlah penduduk miskin tahun 1970 – 1996

Tahun
Jumlah penduduk miskin (juta)
Presentase penduduk miskin(%)
1970
70,0
60,0
1976
54,2
40,1
1978
47,2
33,3
1980
42,3
28,6
1981
40,6
26,9
1984
35,0
21,6
1987
30,0
17,4
1990
27,2
15,1
1993
25,9
13,7
1996
22,5
11,3
Sumber: program penghapus kemiskinan (Suyono 1997).

 Dalam kurun waktu 1970 – 1996 terjadi penurunan angka kemiskinan yang cukup signifikan. Akibat dari krisis ekonomi tahun 1997 – 1998, jumlah penduduk miskin meningkat sangat tajam menjadi 49,50 juta pada tahun 1998. Bank  Dunia (2006) mengatakan hampir 50%  penduduk indonesia berada di bawah garis kemiskinan, yaitu berpendapat kurang dari 2 dollar AS per kapita per hari.



Sumber buku PT Penerbit IPB Press,oleh Dr A Iskanda, Drs,Msi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar