Kamis, 16 Mei 2013

Kemiskinan bab2


Bab 2
Empirical Research

  1. Pengertian Keluarga

Kelompok teori empirical research ini membahas tentang sejumlah pengertian tentang keluarga, kesejahteraan, kepuasan, dan kebahagiaan. Istilah keluarga dan rumah tangga sering diartikan sama, pandangan ini sebenarnya keliru dn tidak boleh terjadi. Rice dan Tucker (1986) mengemukakan rumah tangga lebih luas dari pada keluarga. Dalam rumah tangga, tersirat suatu deskripsi tentang rumah, isi, serta pengaturan yang ada di dalamnya, tetapi kurang menyiratkan hubungan antaranggota yang mengisi rumah tersebut.

      Margaret Mead dalam Tucker dana Rice (1986) mendefinisikan keluarga adalah sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat, yang anggotanya terikat oleh adanya hubungan perkawinan (suami istri) serta hubungan darah (anak kandung) atau adopsi (anak pungut). Hubungannya dengan anak, keluargapun dicirikan sebagai tempat atau lembaga pengasuhan anak yang paling dapat memeberi kasih sayang yang tulus, manusiawi, efektif, dan ekonomis.

      Dalam keluarga, anak – anak pertama – tama memperoleh bekal untuk hidupnya dikemudian hari melalui latihan – latihan fisik, sosial, mental, emosional, dan spiritual. Kegiatan dalam memenuhi fungsi sebagai keluarga unit sosial tersebut hidup dalam satuan yang disebut rumah tangga. Deacon dan Firebaugh (1981) mengatakan fungsi keluarga adalah bertanggung jawab dalam menjaga, menumbuhkan,  dan mengembangkan anggota – anggotanya. Dengan demikian, pemenuhan akan kebutuhan – kebutuhan untuk mampu bertahan, tumbuh, dan berkembang perlu tersedia hal – hal :
1)     Pemenuhan akan kebutuhan pangan, papan, dam kesehatan untuk pengembangan fisik dan sosial.
2)     Kebutuhan akan pendidikan formal, informal, dan nonformal untuk pengembangan intelektual, sosial, emosional, dan spiritual.

  1. Study Tentang Kepuasan

Konsep kepuasan itu sendiri dianalisis dari berbagai sudut pandangan masing – masing ahli, ada yang memandangnya dari aspek psikologi, biologi, dan ekonomi.
Synder dalam Ratus dan Nevid (1983) mengatakan faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan perkawinan adalah cinta, kebersamaan, anak, pengertian pasangan, dan kebutuhan standar hidup. Duvall dan Miller (1985) mengatakan karakteristik kepuasan perkawinan meliputi :
  1. Ekspresif afeksi yang terbuka satu sama lain
  2. Terjalinnya rasa saling percaya
  3. Tidak ada dominasi anatara satu terhadap yang lain
  4. Komunikasi yang bebas dan terbuka antara pasangan
  5. Melakukan kegiatan bersama dalam hal aktivitas diluar rumah
  6. Tempat tinggal relatif stabil
  7. Penghasilan yang memadai
Dengan demikian, kepuasan keluarga dapat didefinisikan sebagai “ Suatu keadaan pada saat keluarga merasa lega, puas, dan senang karena telah memenuhi keinginan atau hasrat yang dicita – citakan. Keinginan dan hasrat tersebut menyangkut kebutuhan financial dan material. Kebutuhan financial yaitu uang. Sedangkan kebutuhan materi mencakup makanan dan lahan usaha.”

  1. Study Tentang Kebahagiaan
Berbeda dengan kebahagiaan yang belum tentu dirasakan sama bagi semua keluarga. Sebuah keluarga walaupun memiliki financial dan material belum tentu merasakan kebahagiaan. Sebaliknya, sebuah keluarga yang hidupnya pas – pasan mungkin merasa lebih bahagia dari pada keluarga tadi.
            Penelitian yang dilakukan oleh Olson (2002) tentang faktor ang membuat bahagia atau tidak bahagia adalah :
  1. Pernikahan tanpa vitalitas. Pasangan ini selalu hidup berantakan atau bercerai karena menikah karena usia terlalu muda, penghasilannya rendah, dan berasal dari keluarga yang berantakan
  2. Pasangan financial, karier dan uang menjadi satu – satunya penghiburan. Banyak di antara mereka yang mempertimbangkan untuk bercerai
  3. Pasangan berkonflik, pasangan ini tidak puas dalam banyak aspek
  4. Pasangan tradisional, pasangan ini menemukan kepuasan dalam banyak aspek tetapi memiliki masalah serius dalam aspek komunikasi dan hubungan.
  5. Pasangan seimbang, pasangan ini merasa cukup dalam banyak aspek dengan kekuatan utama pada kemampuan komunikasi.
  6. Pasangan harmonis, biasanya puas dengan pasangannya,dan mereka lebih baik hidup berdua daripada kehadiran anak yang di anggap mengganggu

Dalam tulisan yang berjudul “Bahagia dan Duka” (2003) dijelaskan bahwa pada hakikatnya kebahagiaan dan kedukaan hanyalah ada dalam persepsi kita masing – masing. Jadi, orang yang memperoleh, mendapatkan kelebihan materi, jabatan, dan kekuasaan belum tentu dikatakan bahagia. Sebaliknya, orang miskin, mencuri, korupsi, dan menumpuk harta haram dikatakan malapetaka bagi dirinya, semua ini tergantung pada pribadi yang bersangkutan untuk mendefinisikan tentang apa itu kebahagiaan dan kedukaan sesuai persepsinya. 

PT Penerbit IPB Press
Dr A Iskandar,Drs,Msi
 

1 komentar:

  1. Welcome Bonus, 100 Free Spins - JCM Hub
    Sign up for the JCM Rewards 이천 출장안마 Club online sportsbook. Register 김제 출장샵 with 인천광역 출장샵 us, make a first deposit of $50 의정부 출장마사지 and 세종특별자치 출장마사지 start playing.

    BalasHapus